Secara sederhana, arti inflasi disini
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga barang yang ada di
masyarakat dan berlangsung secara terus menerus. Terjadinya inflasi ini
diakibatkan oleh beberapa faktor pemicu, antara lain:
• Terjadinya ketidaklancaran pada
distribusi barang.
• Meningkatnya konsumsi masyarakat.
• Berlebihnya likuiditas di pasar yang
bisa memicu terjadinya spekulasi
Inflasi ini juga bisa dimaknai sebagai
penurunan nilai mata uang secara terus menerus. Pada prinsipnya, dari sudut
pandang ekonomi dikatakan bahwa inflasi terjadi karena tidak atau belum adanya
kesesuaian antara laju pertambahan uang yang beredar di masyarakat dengan
pertumbuhan barang dan jasa yang ada.
Inflasi dilihat
sebagai proses dari peristiwa ekonomi, bukan diarahkan pada tinggi rendahnya
harga. Tingkat harga yang tinggi belum tentu bisa dimaknai sebagai petunjuk
terjadinya inflasi. Bisa disebut inflasi jika syarat-syaratnya terpenuhi, yaitu
kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan bersifat mempengaruhi yang
lainnya
Momentum hari raya umat Islam atau
perayaan acara umat beragama lainnya yang biasanya ditandai dengan naiknya
harga barang-barang kebutuhan tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Hal ini
dikarenakan bahwa kenaikan barang-barang itu hanya bersifat temporer atau
sementara. Selain itu naiknya harga 1 atau beberapa barang saja juga tidak
dapat dikatakan sebagai inflasi.
Bagaimana cara mengukur tingkat inflasi?
Dari berbagai metode yang digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi, ada 2 metode yang sangat familiar dan sering dipakai,
yaitu CPI dan GDP Deflator. CPI (Consumer Price Index) atau Indeks Harga
Konsumen (IHK) adalah perubahan harga rata-rata yang dibayarkan konsumen rumah
tangga (householed) ketika membeli barang atau jasa
Selain sebagai salah satu alat untuk
mengukur inflasi, IHK ini juga digunakan untuk menentukan perubahan tingkah
upah, gaji, uang pensiun dan kontrak lainnya. Sedangkan untuk memprediksi IHK
masa depan, maka indikator yang digunakan adalah IHP (Indeks Harga Produsen).
IHP ini adalah harga rata-rata yang harus dibayar oleh produsen untuk membeli
bahan mentah bagi keperluan produksinya.
Alat untuk mengukur tingkat inflasi
berikutnya adalah GDP Deflator atau deflator PDB. GDP deflator menunjukkan
seberapa besar perubahan yang terjadi pada harga yang meliputi semua harga
barang yang baru, produk lokal, barang jadi serta jasa. Harga Indeks Konsumen
(IHK) serta GDP Deflator inilah yang digunakan untuk mengetahui tingkat inflasi
suatu negara pada tahun tertentu.
Sebuah negara bisa dikatakan sedang
mengalami inflasi jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
• Terjadinya kenaikan harga barang secara
terus menerus
• Jumlah uang yang berada di masyarakat
melebihi kebutuhan
• Terjadinya penurunan terhadap nilai mata
uang
Inflasi dibedakan menjadi 4 berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu:
1. Inflasi ringan, apabila tingkat
inflasinya sebesar 10 atau 20 persen dalam kurun waktu 1 tahun
2. Inflasi sedang, berarti tingkat inflasi
yang terjadi sebesar 10 sampai dengan 30 persen setahun
3. Inflasi berat, berkisar antara 30
sampai dengan 100 persen setahun
4. Hiperinflasi, berarti tingkat
inflasinya lebih dari 100 persen setahun
berikut ini merupakan data inflasi 3 tahun
terakhir yang telah saya peroleh :
bentuk grafik inflasi 3 tahun terakhir :
Dari data yang saya sudah peroleh saya menarik
kesimpulan bahwa inflasi yang dialami indonesia pada kurun waktu 3 tahun
terakhir tidak lah buruk, dari kategori tingkat keparahan inflasi. Terlihat bahwa
inflasi yang dialami indonesia masih dibawah batas wajar.
Dampak inflasi kepada bank indonesia
Definisi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
NPL ( Net
Performance Loan ) perbankan asing mengalami peningkatan dalam kuartal pertama
ini disertai dengan turunnya asset serta laba perbankan dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
Sebagai contoh
: Citibank, mencatatkan peningkatan NPL gross menjadi 7,33% dari posisi
sebelumnya 4,75%. NPL net meningkat menjadi 0,99% dari sebelumnya 0%. Rasio
kredit terhadap dana pihak ketiga bank tersebut juga menurun menjadi 73,60%
dari semula 81,43%, demikian juga net interest margin (NIM) menjadi 7,95% dari
8,85%. Nilai aset Citibank dari posisi akhir tahun lalu Rp45,02 triliun menurun
pada akhir kuartal pertama menjadi Rp43,14 triliun. Namun, secara year-on-year
aset mengalami kenaikan dibandingkan dengan Maret 2007 sebesar Rp37,92 triliun.
HSBC
mencatatkan kenaikan NPL gross dari posisi semula 10% menjadi 11%. Namun,
indikator keuangan lainnya, seperti DPK, realisasi kredit dan laba mengalami
kenaikan. Sedangkan. kenaikan NPL terbesar kategori bank asing dialami Standard
Chartered dari posisi Maret 2007 pada level 4,2% menjadi 6,29% (y-o-y).
Sementara itu, ABN Amro meski mengalami penurunan NPL gross, rasio kredit
bermasalah net-nya mengalami kenaikan dari 0,51% menjadi 0,58%.
Hal ini
menandakan rendahnya kemampuan masyarakat dalam membayarkan kredit. Hal ini
ditopang oleh nilai uang yang semakin tidak berarti dalam era modern ini
dikarenakan inflasi telah menggerogoti nilai mata uang Indonesia. Ditambah
lagi, semakin banyak pengannguran yang tercipta akibat inflasi
Pihak Bank
Indonesia sedang mempertimbangkan sebuah kebjakan moneter sebagai aksi atas
efek dari kenaikan harga BBM Bersubsidi 28,7 persen pada 23 Mei lalu. Beberapa
pilihannya antara lain adalah instrument suku bunga dan likuiditas. Kebijakan
ini diambil agar kenaikan harga BBM tidak akan merembet kemana-mana. Tentunya
hal ini harus diimbangi dengan tindakan bantuan dari pemerintah sehingga tidak
hanya menggunakan instrument moneter guna mengatasi inflasi. Mungkin instrument
fiskal tepat untuk dilakukan.
Tindakan BI
jika menaikan suku bunga akan membuat dunia pasar modal menjadi semakin
terkoreksi menuju titik terendah. Hal ini dibuktikan dengan pengumuman tingkat
inflasi yang telah merendahkan Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan
kemarin. Kebijakan Bank Indonesia dalam menaikan suku bunga akan menambah beban
yang akan ditanggung oleh Bank Indonesia dalam membayarkan bunga sehingga
posisi ini akan membuat Bank Indonesia mengalami defisit dalam laporan keuangan
yang mereka laporkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar